Breportase.com, Indramayu- Pintu perlintasan kereta api 8 Ahmad yani Hairguelis dimanfaatkan anak berusia sekolah Dasar untuk mencari nafkah demi kebutuhan hidup keluarganya. Mulai dari jualan hingga ngamen.
pantauan awak media di lokasi. Diketahui 4 (empat) anak tersebut 3 (Tiga) Perempuan dan 1 (satu) laki laki ke empatnya masih duduk di bangku SD di haurgeulis.
Menurut keterangan pedagang yang berjualan di lokasi seputar alun alun Haurgeulis menuturkan, Ke empat anak yang masih duduk di bangku sekolah itu Hampir setiap malam mulai dari jam 18.00 - 23.00 bahkan hingga pagi dalam melakukan aktifitasnya untuk mencari uang.
" Mungkin awalnya himpitan ekonomi kali pa. anak itu khusnya yang dua orang seringkali dijadikan alasan orangtua memaksa untuk jualan Gorengan hingga larut malam..padahal mereka masih sekolah. di SDN Sukajadi wilayah kecamatan Haurgeulis,"
Lanjut Pedagang, ia mengatakan, orangtua yang memaksa anaknya di bawah usia untuk bekerja atau berjualan demi membantu memenuhi kebutuhan keluarga, sudah termasuk kategori perdagangan orang. Jika itu terjadi, maka orangtua bisa dipidana atau diproses hukum,,ungkapnya
"Bila kita melihat anak yang menawarkan cemilan/makanan, hingga meminta-minta (mengemis) maupun hal lainnya, lebih dikarenakan dipaksa atau dituntut menopang penghasilan keluarga. ya seharusnya pemerintah serempat mengambil langkah yang fositif mestinya, jika ini di biarkan khawatir di masa depan anak tersebut," tegasnya.
Kondisi ini kata dia, tentu memprihatinkan, karena anak-anak harus digembleng untuk mandiri, sementara hal penting seperti belajar dan bersekolah terlupakan.Disisi lain, ketika anak dipaksakan ikut bekerja membanting tulang maka bisa saja perilaku mental anak tidak stabil. Anak bisa tumbuh dengan sikap dan tempramen keras, tambahnya.
“Bisa saja ketika tumbuh dewasa anak mudah terjerumus pada hal yang salah. Seperti jadi seorang pembangkang, emosional dan masuk pada pusaran berat seperti perokok, pemabuk atau pecandu narkoba. Ini karena sejak kecil diterpa dengan hidup yang keras,”tutur pedagang yang merasa prihatin.
Seharusnya. Imbuh pedagang sekitar, orang tua wajib konsisten menempatkan hak hidup anak didiknya secara tepat, meskipun sesulit apapun perekonomian keluarga, namun membangun mental anak harus secara bertahap.
“Intinya harus bisa menempatkan anak pada posisi tepat. Baik dari sudut pandang bersekolah, bermain maupun bekerja. Selaku orangtua inilah yang sedang saya terapkan pada anak-anak saya,” tutupnya, (Nari)